Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelopori bangsa Barat pada masa
kolonial Belanda temyata belum mampu mendorong terjadinya revolusi Ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia Pada mesa Pendudukan Jepang
sempat diperkenalkan beberapa teknologi baru, khususnya dalam bidang
pertanian Aken tetapi, tarnyata hal tersebut tidak banyak berpengaruh
terhadap masyarakat pada masa itu. Penerapan teknologi modem di dalam
masyarakat hanya terpusat pada bidang tertentu dan sebagian besar
dikuasai oleh pengusaha asing Pada masa itu, Indonesia masih tertinggal
jauh dibandingkan dengan negara-negara Barat dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut di antaranya disebabkan oleh
fektor-faktor sebagai berikut.
1. Terbatasnya jumlah penduduk Indonesia yang mendapat pendidikan.
2. Terbatasnya jumlah orang Indonesia yang terlibat langsung dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Tidak adanya keinginan baik dari penguasa kolonial Belanda maupun
penguasa swasta asing dalam melakukan alih teknologi bagi penduduk
pribumi.
4. Tidak tegadinya industrialisasi.
5. Tidak teradinya inovasi teknologi yang berarti dalam masyarakat Indonesia sendiri.
Setelah berakhimya masa kolonial Belanda, Indonesia pun mulai merintis
usaha pengembangan iptek secara bertahap. Lembaga pendidikan dan pusat
penelitian warisan kolonial Belanda pun menjadi modal besar yang dapat
dimanfaatkan oleh Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
1. Techrusche Hoge School (THS - kini ITB) atau Sekolah Tinggi Teknik di Bandung.
2. Landbouw Hoge School atau Sekolah Tinggi Pertanian di Bogor.
3. Rechts Hoge School (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta.
4. Geneeskundige Hoge School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta.
5 Institut Ejkman di Jakarta, dan
6. Observatorium Boscha di Lembang, Jawa Barat
Pada awal tahun 1970-an, perkembangan Iptek mulai menunjukkan kemajuan. Indikator kemajuan ditentukan oleh faktor-faktor:
1. perkembangan ekonomi,
2. perluasan kesempatan pendidikan,
3 industrialisasi
4, modernisasi pertanian, dan
5. perubahan sosiai budaya.
Perkembangan iptek di Indonesia sendiri tidak terlepas dari peran dan
kebijakan pemerintah. Pemerintah membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan
Indonesia (MIPI) pada tanggal 8 Maret 1956. Pada tanggal 6 Marat 1862.
dibentuk Departemen Urusan Riset Nasional (Durenas). Dengan berdirinya
Durenas, maka MIPI masuk dalam lembaga ini sebagai badan riset khusus.
Durenas kemudian berganti nama menjadi Departeman Riset Nasional (DRN)
pada tahun 1963. Badan ini bertugas merumuskan, mengamati, mengarahkan,
dan mengendalikan kegiatan riset dan teknologi di Indonesia.
Pada tanggal 23 Agustus 1967, pemerintah mendirikan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) sabagai fusi dan Departemen Riset Nasional
dan MIPI. Adapun fungsi yang diemban LIPI adaiah sabagai berikut.
1. Memberi nasehat kepada pimpinan pemerintahan dalam hal perumusan
dan penyusunan kebijakan nasional dalam ilmu pengetahuan yang merupakan
bagian dari kebijaksanaan nasional secara keseluruhan.
2. Membimbing aparatur-aparatur penelitian ilmiah dan pengembangan teknologi yang ada.
3. Membina tenaga-tenaga penelitian agar mempunyai rasa kesadaran dan
tanggung jawab yang tinggi untuk memungkinkan perkembangan yang pesat
di Indonesia.
4. Menanam, memupuk, mengembangkan, dan membina kesadaran ilmiah rakyat Indonesia.
5. Menyelenggarakan hubungan dan kerja sama dengan badan
internasional dan badan ilmiah negera lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
LIPI memiliki beberapa lembaga sebagai realisasi dari fungsi pemhinaan
tenaga-tenaga penelitian yang ditujukan untuk mengembangkan potensi
iptek di Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut antara lain sebagai
berikut.
1. Lembaga Biologi Nasional (LBN)
2. Lembaga Geologi dan Partambangan Nasional (LGPN)
3. Lembaga Metalurgi Nasional (LMN)
4. Lembaga Oseanologi Nasional (LON)
5. Lembaga Fisika Nasional (LFN)
6. Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
7. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)
8. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)
9. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
10. Pusat Penelitian, ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (Puspitek).
Pendirian lembaga-lembaga tersebut merupakan wujud nyata pemerintah
untuk memperkuat usaha pengembangan iptek di Indonesia. Pengembangan
Iptek di Indonesia juga dlsesuaikan dengan pembangunan bidang pertanian,
industri, dan pertambangan. Namun, pengembangan iptek ini tidak
terlepas dari keharusan memperhatikan kelestarian sumber daya alam, dan
lingkungan hidup serta peningkatan taraf hidup rakyat di pedesaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, prioritas riset dan teknologi meliputi
bidang-bidang sebagai berikut.
1. Bidang kebutuhan dasar manusia yang menunjang usaha peningkatan daya
mampu fisik dan mental manusia Indonesia melalui usaha pemenuhan
kebutuhan dasar. Penelitian difokuskan pada masalah pangan dan
kesehatan.
2. Bidang sumber alam dan energi yang menunjang pemanfaatan,
pemeliharaan, penggunaan sumber alam, dan energi untuk pembangunan
nasional. Semua ini diwujudkan melalui penelitian terhadap masalah
sumber alam hayati, nirhayati, mineral, energi konvensional dan
non-konvenslonal, serta masalah bencana alam.
3. Bidang industri untuk meningkatkan kemampuan nasional. Penelitian
difokuskan pada kemungkinan pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi.
4. Bidang pertahanan dan keamanan yang menunjang kemampuan pertahanan
dan keamanan nasional. Penelitian difokuskan pada peningkatan ketahanan
bangsa untuk masa kini, daya tangkal dewasa ini, dan masa mendatang.
5. Bidang sosial, ekonomi, filsafat, budaya, hukum dan
perundang-undangan yang berusaha menunjang pembangunan nasional di
bidang-bidang tersebut. Berbagai penelitian harus dicurahkan pada studi
dan dampak teknologi dalam proses pembangunan.
Sumber : Klik
Sejarah Perkembangan IPTEK di Indonesia
Title: Sejarah Perkembangan IPTEK di Indonesia
Author: Maze Dragon Nest
Rating 5 of 5 Des:
Author: Maze Dragon Nest
Rating 5 of 5 Des:
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelopori bangsa Barat pada masa kolonial Belanda temyata belum mampu mendorong terjadinya revolusi ...
Post a Comment